Cashflow Quadrant digunakan untuk mengukur sukses
tidaknya seseorang secara MENTAL, bukan dari profesinya.
Cashflow Quadrant mengelompokan mental orang ke dalam 4
kuadran yaitu (lihat gambar):
1. Mental E = Employee.
2. Mental S = Self Employed.
3. Mental B = Business owner.
4. Mental I = Investor.
Di bawah sendiri diberikan penjelasan apa dan bagaimana
mental E, S, B, dan I tsb.
Mental entrepreneur ada di sisi kanan, yaitu mental B
atau I.
Mereka yang memiliki mental di kuadran KIRI (S atau E)
akan kurang sukses, sedangkan yang memiliki mental di kuadran kanan (B atau I) akan
sukses, apapun profesinya.
Cashflow Quadrant pertama kali diperkenalkan oleh Robert
T. Kiyosaki.
Kalau kita tidak membaca secara lengkap seluruh buku-buku
Robert T. Kiyosaki, juga tidak membaca berbagai referensi lainnya. Maka kita
akan terjebak dalam pemahaman yang tidak tepat, sehingga beranggapan bahwa
kuadran itu mengenai PROFESI seseorang.
Misalkan profesi Dokter, Pengacara, Notaris, Musisi,
Pelukis, dsb, dianggap berada di Kuadran “S” (Self Employed), padahal tidak
demikian. Penggambaran profesi itu hanya untuk memudahkan pemahaman awal dari
pembacanya.
Pemahaman sesungguhnya adalah, bila seorang pengacara
atau dokter tsb memiliki MENTAL “S” (Self Employee), maka pengacara/dokter itu
akan lebih sukses dibandingkan pengacara/dokter yang memiliki mental “E”
(Employee).
Kalau pengacara/dokter itu memiliki mental “B” akan lebih
sukses lagi, dan pasti akan sangat sukses bila memiliki mental tertinggi yaitu
mental “I”.
Jadi yang dimaksud E, S, B, I itu adalah MENTAL-nya bukan
PROFESI-nya.
Contoh mudahnya adalah “Tanri Abeng”, beliau selama
ini jelas-jelas sebagai pekerja/karyawan, namun beliau memiliki mental “I”
(Investor). Maka tentu saja beliau sukses luar biasa.
Contoh lainnya : “Sri Mulyani”, beliau sekarang khan
karyawannya Bank Dunia (jabatannya Kepala Eksekutif II). Namun beliau memiliki
mental “I”, tentu saja sangat sukses.
Contoh lain lagi : “Penjual bakso keliling”, dia
seorang wiraswasta. Namun kalau mentalnya adalah mental “E” (Employee), maka
usaha baksonya sulit untuk berkembang, dan akan tetap seperti itu, yaitu
sebagai penjual bakso keliling. Jika berusaha meningkatkan mentalnya menjadi
mental “S” (Self Employed), maka usaha baksonya bisa berkembang walaupun
perkembangannya lambat, sehingga pelanggannya banyak, omsetnya bertambah.
Jika dia berusaha keras meningkatkan mentalnya sehingga
memiliki mental “B” (Business Owner), maka usaha baksonya akan berkembang
dengan cepat dan mampu membuka lapangan kerja, mampu membentuk tim, mampu
mensejahterakan banyak orang, dstnya. Dia akan memiliki beberapa restoran
bakso, juga banyak unit bakso keliling, dstnya.
Yang terpenting adalah mentalnya bukan profesinya.
Apapun profesi anda, tingkatkan mental anda.
Apakah anda sebagai karyawan, atau sedang wiraswasta,
atau berprofesi pengacara, notaris, dokter, dsb, tingkatkan mental anda.
Berusaha keraslah melatih diri agar mental anda
meningkat, yang mula-mula bermental E, meningkat menjadi bermental S, kemudian
B, dan akhirnya bermental paling tinggi yaitu I.
Semakin meningkat mental anda, apapun profesinya, maka
otomatis akan semakin sukses.
Kalau anda masih memiliki mental “E” atau “S”, maka
apapun profesi anda, tentu tidak begitu sukses.
Namun kalau anda sudah memiliki mental “B” atau “I”, maka
apapun profesi anda, tentu otomatis sukses. Kalau anda berwiraswasta, maka anda
menjadi wiraswastawan yang sukses. Kalau anda seorang karyawan, maka pasti anda
karyawan yang sukses, karena memiliki mental “B” atau “I”.
Jadi berusaha keraslah meningkatkan diri dengan menambah
pengetahuan, pengalaman, dan melatih diri, sehingga mentalnya meningkat dan
berada di kuadran “Kanan (B atau I)”.
Tambahan :
Menanggapi beberapa komentar, disini perlu dijelaskan
seperti apa mental E, S, B, I itu, sbb :
Mental E (Employee) :
Enggan meningkatkan diri
Tidak mampu menunda kenyamanan.
Menunggu disuruh
Kurang Inisiatif
Berusaha bekerja cerdas saja alias malas
Kalau menjadi atasan, cenderung ngebos (tidak me-manage)
Cenderung memikirkan dirinya sendiri
dsb
Mental S (Self Employed) :
Setingkat lebih baik dibandingkan mental E.
Mampu menunda kenyamanan.
Berusaha meningkatkan diri.
Berusaha berinisiatif.
Berusaha bekerja keras dan cerdas.
Mampu bekerja mandiri, namun sulit bekerja dalam tim.
Tidak mampu mendelegasikan pekerjaan.
Kalau menjadi atasan, kurang mampu mengelola dan tidak
mampu mengajari/mendidik bawahannya sehingga berakibat tidak tercipta kerja tim
yang bersinergi.
Cenderung memikirkan kesuksesan dirinya sendiri.
dsb
Mental B (Business owner) :
Setingkat lebih baik dibandingkan S.
Mampu menunda kenyamanan.
Berusaha keras meningkatkan diri
Berusaha keras berinisiatif
Berusaha bekerja keras dan cerdas
Mampu bekerja mandiri dan mampu bekerja dalam tim
Mampu mendelegasikan pekerjaan (dalam arti segala
sesuatunya tetap berjalan dengan baik, walau pun dirinya tidak ada untuk
sementara waktu).
Kalau menjadi atasan, mampu mengelola dengan baik, dan
mampu mengajari/mendidik bawahannya sedemikian rupa sehingga tercipta kerja tim
yang bersinergi dan berkembang.
Mampu memimpin tim dan mengontrol tim terus-menerus
sehingga dapat mencapai sasaran/tujuan timnya.
Cenderung memikirkan kesuksesan bawahannya, atasannya,
koleganya, timnya, dsb, dibandingkan memikirkan kesuksesan dirinya sendiri.
Senantiasa berusaha agar segala sesuatunya tidak
bergantung pada dirinya atau pada person/orang, melainkan bergantung pada
sistem.
Jujur, dermawan, rendah hati, dan amanah (bertanggung
jawab)..
dsb
Mental I (Investor) :
Setingkat lebih baik dibandingkan B.
Semua yang ada di B juga ada pada I, ditambah dengan
mampu menciptakan/membentuk sistem (software, hardware, dan humanware)
sedemikian rupa sehingga sistem tersebut dapat berjalan dan berkembang sendiri.
Berusaha dan berlatihlah sedemikian rupa sehingga minimal
memiliki mental B. Karena, begitu kita memiliki mental B, otomatis kita akan
sukses, apa pun pekerjaan kita, apa pun profesi kita.
Semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment